Sampai di masjid adzan maghrib sudah usai dikumandangkan. Saya lihat waktu iqomah untuk sholat maghrib masih 5 menit 50 detik. Di masjid ini memang menentukan sholat maghrib dan sholat yang lain dimulai 8 menit setelah adzan dikumandangkan. Ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada jamaah untuk melakukan sholat sunat, baik sunat tahiyyatul masjid maupun sholat sunah sebelum sholat maghrib. Di sayap kanan belakang masjid duduk dua orang pria berhem putih lengan Panjang dan berpeci hitam. Pria di sebelah kanan sudah jelas dan saya kenal dengannya sebagai salah seorang pengurus masjid. Pria satu lagi dilihat dari postur dan tampang wajahnya seorang bule yang katanya akan melakukan akad syahadah masuk agama Islam.
Foto prosesi ikrar masuk Islam seorang bule Australia di Bali (https://bali-of-indonesia.blogspot.com/2022/03/bule-masuk-islam-di-bali.html)
Saya sengaja langsung melakukan sholat sunah tahiyyatul masjid daripada menemui bule yang sudah berpakaian rapi untuk ikrar masuk Islam. Tadi pukul 18:00 wita ketua Umum Yayasan Baitul Ummah yang mengelola Masjid dan sekolah madrasah menelpon saya agar bisa sholat maghrib di masjid ABA karena akan ada seorang bule yang akan masuk Islam. Hari ini hari Rabu, 30 Maret 2022. Saya menduga bule ini adalah yang pernah diceritakan oleh seorang kawan lima hari yang lalu.
Kumandang iqomah sudah dilakukan. Semua jamaah sholat maghrib merapat membentuk shaf yanag rapi. Selesai sholat maghrib tiga roka’at dilanjutkan sholat sunnah dua roka’at setelah dzikir, saya menemui sang bule yang masih duduk di tempat semula. Meskipun saya tidak melihat langsung, tetapi saya berkesimpulan sang bule belum ikut sholat maghrib. Belum secara resmi masuk Islam. Akad baru akan segera dilaksanakan. Saya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan sambal mengucapkan salam “Assalaamu’alaikum”. Sang bule terkesiap dan hanya menjawab dengan senyum lebarnya disertai rasa kikuk. Saya, yang pertama lakukan adalah menanyakan nama dan asalnya. Ia menyebut nama “James”. Saya tidak menanyakan ap aini nama panggilan atau nama keluarganya. Ia berasal dari Australia. Bekerja 4 pekan di Australia dan 2 pekan bekerja di Bali. Itu pengakuannya. Saya tanya tinggal di mana dan ia menjelaskan bahwa ia tinggal di Legian dan nanti akan pindah ke Jimbaran. Tidak lupa saya tanyakan sudah berapa lama tinggal di Bali. Ia mengaku sudah tinggal dan berkunjung ke Bali sejak enam tahun yang lalu.
Kami segera berpindah ke depan karena seorang pengurus masjid sudah mengumumkan bahwa prosesi pengislaman segera dilakukan. Saya tadinya hanya ingin sekadar duduk di sampingnya dan menjadi penterjemah jika ada hal yang perlu dijelaskan kepadanya karena bule itu belum bisa berbahasa Indonesia. Akan tetapi ketua umum Yayasan BU mempersilakan saya untuk sekaligus menjadi pembimbing prosesi ikrar syahadah sang bule. Saya duduk di depan sang bule yang didampingi seorang pengurus masjid berpakaian putih berpeci hitam persis seperti sang bule berpakaian. Di sebelah kanan saya seorang pembawa acara dan di samping kiri saya ketua umum Yayasan Baitul Ummah (YBU).
Tidak ada persiapan khusus karena pemberitahuan itu juga sangat mendadak, menjelang maghrib. Sebuah stopmap ada di atas meja pendek di depan saya. Saya buka isi map itu dan ternyata sertifikat berisi data tentang si bule ini. Ada empat lembar. Dua asli dan dua berupa foto copi. Saya lihat ada dua versi, versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Di situ jelas tertulis nama lengkap sang bule. James Oscar Harris. Asal Australia. Ana nomor passport dan alamat tinggal di Bali. Di bagian bawah tertulis dua kalimat syahadah dalam huruf Arab tanpa harakah dan artinya dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
Saya mengawali dengan menyampaikan infomrasi umum kepada hadirin bahwa hari ini kita akan segera memiliki saudara baru yang bernama James Oscar Harris yang berkebangsaan Australia. Saya juga menginformasikan alamat si bule di Bali kepada hadirin. Sang bule tampak grogi dan ia ungkapkan secara verbal bahwa “I am very nervous”.
To be a Moslem is very simple in Islam. To change the religion into Islam is really simple, not to complicated. You just state, say, you just testify by saying syahadah. Syahadah is a statement that there is no God but Allah, and testify the Prophet Muhammad is the Messenger of Allah. If the syahadah is translated into simple English, it will say: “I testify that there is no God but Allah, and I testify that Muhammad is the Messenger of Allah”. That’s all.
Ia tampak tidak bisa menutupi rasa groginya dan berkali-kali menyatakan “Oh, I am very nervous”.
Before the process of syahadah I have to standard questions: the first and the simple question is that “Are you serious to be a moslem?” tanya saya. “Really. I am really serious to be a moslem” jawabnya dengan Gerakan tubuh yang sangat grogi. Saya lanjutan dengan pertanyaan kedua, the second question: “Is there anybody else force you to change your faith to be Islam?” lanjut saya. Ia juga masih menjawab dengan getaran suara grogi yang tidak dapat disembunyikan.
Saya memulai dengan lafal basmalah dan saya minta ia mengikuti bacaan basamalah itu. Ia mengikuti dengan susah payah. Ini baru pembukaan, this one is the opening, kata saya. Pandangan saya tetap ke raut wajahnya. I would like to say syahadah slowly and you could follow me. Sang bule tampak semakin grogi.