Puasa Syawal


ADA APA DENGAN PUASA SYAWAL ?

Setiap waktu ada amalan shalih yang Allah syariatkan demi kebaikan para hambanya, di antaranya adalah puasa 6 hari di bulan syawal, yang sekarang kita berada di dalamnya.

Berikut 3 faidah seputar puasa syawal:

  1. Puasa syawal melengkapi pahala puasa Ramadhan.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh” [HR. Muslim]

  1. Puasa syawal merupakan rowatib buat puasa Ramadhan.

Kalau pada ibadah shalat wajib ada sunnah rowatib yang mengiringinya dan menjadi penyempurna pada hari kiamat jika ada kekurangan,

Begitu pula ibadah puasa Ramadhan ada ibadah sunnah yg mengiringinya, yaitu puasa sebelumnya dan puasa sesudahnya.

Rasulullah dahulu memperbanyak puasa sya’ban, sebagaimana disampaikan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, begitu pula beliau menganjurkan puasa syawal, sebagaimana hadits di atas.

Sedang suatu amal menjadi mulia kadang disebabkan ibadah yang mengiringinya.

  1. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahulloh mengatakan dalam kitab beliau lathoiful ma’arif:

“Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya”.

Sebagaimana kejelekan bisa mengantarkan seseorang berbuat kejelekan yang lain, Allah berfirman:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

“Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa” [Surat Ash-Syura: 40]

Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,

Allah berfirman:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [Surat Ar-Rahman: 60]

Semoga Allah menerima ibadah Ramadhan kita dan memberikan taufiq untuk berpuasa syawal dan ibadah lainnya. Aamiin.

Afwan wa Syukron.

Semoga ada kebermanfa’atan.

Leave a comment